Ucapan mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela ini begitu menginspirasi, terutama lembaga pendidikan untuk dapat selalu menghadirkan pendidikan yang berkualitas sehingga melahirkan insan-insan yang kompeten dan berdaya saing tinggi.
Seperti yang dilakukan Pascasarjana Sahid. Dipimpin Dr. Marlinda Irwanti, SE., M.Si., selaku Direktur Pascasarjana, Sahid terus berkontribusi dalam mencetak insan-insan yang unggul, profesional, dan berkarakter, meski ditengah pandemi Covid-19.
“Walaupun pandemi, peminat mahasiswa Pascasarjana Sahid sangat tinggi, terutama Doktor Ilmu Komunikasi yang memang satu-satunya program doktor (S3) yang ada di perguruan tinggi swasta di Indonesia,” ungkap Linda–sapaan akrab mantan Anggota DPR RI ini dalam keterangan kepada innews, Minggu (5/9/2021).
Bahkan, di masa pandemi ini, Pascasarjana Sahid bisa mewisuda 100 orang di 2021 ini. Tak heran, Dra. Wiryanti Sukamdani Ketum Yayasan Sahid memberikan apresiasi tinggi terhadap capaian ini. Tidak itu saja, apresiasi juga diberikan lantaran pada semester ganjil ini telah melebihi target mahasiswa untuk jurusan Magister Management (MM), Magister Ilmu Komunikasi (MIK), dan Doktor Ilmu Komunikasi (DIK). “Ini capaian yang luar biasa, terutama di masa pandemi. Ini juga menjadi bukti bahwa Pascasarjana Sahid telah berkontribusi nyata bagi pembangunan manusia Indonesia,” ujar Wiryanti dalam Orientasi Mahasiswa Baru (Osmaru) Pascasarjana Sahid, beberapa waktu lalu.
Pujian juga dilontarkan Prof. Dr. Nugroho B. Sukamdani, MBA., BET., Ketua Umum Yayasan Kesejahteraan, Pendidikan dan Sosial Sahid Jaya, atas torehan prestasi Pascasarjana Sahid ini. “Kiprah Pascasarjana Sahid sejalan dengan apa yang dikatakan Nelson Mandel bahwa pendidikan adalah senjata yang paling kuat untuk merubah dunia,” ujar Prof. Nugroho.
Baik Wiryanti maupun Nugroho berharap agar Pascasarjana Sahid terus mewujudkan cita-cita founding father Yayasan Sahid Prof. Dr. Sukamdani Sahid Gitosarjono agar menjadi lembaga pendidikan unggul, berbudaya, religius, dan menghasilkan lulusan yang bermutu, kompeten, profesional, dan mampu menyesuaikan peradaban baru. Untuk itu, mahasiswa pascasarjana harus disiplin, berpikir cepat, inovasi, kreatif, dan berorientasi ke depan, serta mampu melakukan lompatan ke depannya.
Visi Yayasan Sahid sesuai dengan strategi membangun Indonesia berkarakter, tangguh, kompeten dan profesional sesuai dengan tema Pascasarjana Sahid dalam melaksanakan Osmaru.
Lebih jauh Linda yang juga Ketua Umum Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia (FPPI) ini mengatakan, walaupun situasi pandemi, pendidikan tidak boleh berhenti. Dunia pendidikan harus mampu melakukan adaptasi kehidupan baru dengan perubahan mindset, pola pikir, budaya kerja. Ini sangat penting diterapkan di lingkungan perguruan tinggi. “Sarana dan prasarana pendidikan harus mengikuti perkembangan teknologi, di mana saat ini sudah akan memasuki 5.0, bukan 4.0 lagi,” ujarnya.
Dia menjelaskan, pola dan sistem pendidikan juga harus berubah, dari yang tadinya tatap muka (offline) menjadi daring/online atau juga blended.
Meski secara online, kata Linda, patut disyukuri, karena artinya tidak ada batasan geografi. Itu juga tentu mendorong pemerataan pendidikan. Bahkan, program Pascasarjana Sahid juga banyak diikuti oleh mahasiswa dari luar negeri. “Dengan pembelajaran online, pemerataan pendidikan dapat diwujudkan dari Sabang sampai Merauke. Terpenting bagaimana pemerintah mendukung ketersediaan jaringan internet hingga di daerah pedalaman dan pesisir. Dengan begitu, maka setiap anak Indonesia bisa mengenyam pendidikan yang baik,” pungkasnya. (RN)